Pandemi telah mendorong transformasi digital pada seluruh aspek pekerjaan, begitu pula hubungan antara karyawan dengan perusahaan. Di tahun 2023, HR masih akan menjadi peran penting untuk memandu organisasi dalam menghadapi badai pandemi serta ancaman inflasi dan perlambatan ekonomi nantinya. Agar perusahaan siap menghadapi berbagai ancaman, penting bagi HR untuk mengetahui tren-tren yang berkembang di tahun 2023.

 

11 Tren HR 2023

 

  1. Fokus pada Kesejahteraan Total

Meskipun gaji dan benefit masih menjadi motivasi utama, pada Juni 2022, situs Michael Page merilis hasil survei yang mengatakan bahwa 68% pekerja di Indonesia rela melepaskan gaji / benefit untuk kesejahteraan mental yang lebih baik. Inflasi, ketidakpastian bisnis, beban kerja yang meningkat sehingga menyebabkan burnout, semuanya memberikan dampak buruk pada kesehatan mental pekerja. HR harus dapat menciptakan lingkungan kerja yang mengutamakan kesejahteraan baik untuk karyawan maupun untuk HR sendiri agar dapat melewati krisis burnout.

 

  1. Mengelola Ekosistem Tenaga Kerja

Tenaga kerja bukan hanya karyawan tetap, namun juga semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan seperti kontraktor, pekerja borongan, dan karyawan pada supply chain. Dari sisi produksi hingga reputasi, penting bagi perusahaan untuk menanamkan value termasuk pada pihak-pihak eksternal tersebut. HR dapat mulai membuat komunitas pakar, program mentoring untuk HR yang sudah berpengalaman, dan rotasi pekerjaan pada sisi supply chain.

 

  1. Merumuskan Kembali Strategi Pekerjaan Remote dan Hybrid

Data dari LinkedIn menunjukkan bahwa pekerjaan remote, yang mencapai sekitar 20?ri seluruh pekerjaan di LinkedIn, menerima pelamar hingga lebih dari 50?ri seluruh jumlah lamaran pekerjaan. Karyawan menginginkan adanya komunikasi yang jelas dan aturan yang lebih modern, sehingga HR perlu menentukan bagaimana, di mana, dan kapan pekerjaan harus selesai. Aturan kerja yang jelas akan menghasilkan ruang kerja yang lebih terrancang, ruang yang fleksibel untuk melawan kemungkinan kesepian di rumah, dan tunjangan ruang kerja untuk meng-upgrade fasilitas di rumah.

 

  1. Perubahan Peran oleh CHRO

Pada kebanyakan organisasi, CHRO memimpin diskusi pada rapat dewan ketika membahas tentang peraturan, kelanjutan bisnis, serta keamanan dan produktivitas karyawan. Selain itu, CHRO juga bertanggung jawab untuk menjadi ujung tombak lingkungan, sosial, dan tujuan tata kelola perusahaan. Pada hasil survei Edelman Trust Barometer 2022, karyawan lebih percaya pada CEO daripada pada pemerintah, wartawan, atau CEO lainnya. Selain itu, 60% karyawan mengharapkan CEO mereka untuk mengungkapkan mengenai isu sosial dan politik yang mereka pedulikan. Perubahan peran CEO ini memberi ruang pada CHRO untuk memahami sentimen karyawan dan memberikan nasihat pada CEO kapan harus berbicara dan apa yang dibicarakan. Dengan demikian, pada tahun 2023 CHRO diharapkan mampu memantapkan posisinya sebagai bagian tak tergantikan dari dewan dan sebagai key advisor bagi CEO.

 

  1. HR Memasuki Metaverse

Situs Gartner.com memperkirakan pada tahun 2026, 25% manusia akan menghabiskan setidaknya satu jam perhari di metaverse. Tahun 2023 akan menjadi titik awal untuk kegiatan-kegiatan seperti virtual event, onboarding karyawan, jobfair, dan rapat. Beberapa organisasi yang telah mulai menggunakan potensi metaverse akan mendapatkan employer branding yang lebih modern, interaksi yang lebih terikat dengan kandidat remote, bahkan mendorong produktivitas organisasi. HR memiliki peran krusial dalam membantu organisasi menggunakan teknologi sebaik mungkin dan membangun kebijakan kerja hybrid baru untuk memastikan praktik kerja metaverse yang sehat serta mengajarkan pada para leader bagaimana memimpin dalam lingkungan baru ini.

 

  1. Membentuk Organisasi yang Berorientasi Tujuan

Dewasa ini, baik generasi milenial maupun gen Z lebih memprioritaskan adanya tujuan dan value yang mereka capai dalam pekerjaan dibanding generasi di atas mereka. Adanya tujuan yang jelas membantu menarik dan mempertahankan talent di perusahaan. Di tahun 2023, HR dapat membantu membentuk tujuan perusahaan yang terhubung dengan lingkungan, sosial, dan sasaran korporasi. Selain itu, menjadikan tujuan ini sebagai bagian dari employer branding adalah salah satu cara bernilai bagi HR untuk memberikan dampak pada dunia dan menarik talent yang lebih baik. Kemudian, HR akan dapat mengikat karyawan muda maupun yang berpengalaman dengan menawarkan ruang kerja yang berorientasi pada tujuan.

 

  1. Inklusi di Seluruh Siklus Hidup Karyawan

Diversity, equity, inclusion, dan belonging (DEIB) sedang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Untuk saat ini, inisiatif mengenai keberagaman terutama berfokus pada rekrutmen. Namun, organisasi HR semakin menganalisis keseluruhan siklus hidup karyawan melalui kacamata DEIB. Ada berbagai kesempatan pada onboarding, pengembangan, promosi, dan praktik-praktik lainnya untuk menciptakan tempat kerja yang lebih inklusif di mana orang dapat merasa nyaman. DEIB juga menawarkan kesempatan untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan inisiatif keragaman. Hal ini bukan hanya masuk akal secara bisnis, tetapi juga merupakan hal yang benar untuk dilakukan.

 

  1. Meningkatkan Keterampilan Para Leader dan Manager

Meningkatkan keterampilan para pimpinan merupakan salah satu tren besar bagi HR di tahun 2023. HR akan mengidentifikasi dan mengomunikasikan apa yang diharapkan organisasi pada para leader, bagaimana menerapkannya ke dalam perilaku, dan bagaimana kita membantu para leader sadar mengenai dampak perilaku mereka pada orang-orang di sekitar mereka. Selain itu, HR juga berperan dalam mendengarkan suara karyawan dengan membantu leader untuk memahami mood dalam organisasi dan mengarahkan saat ada masalah yang relevan. HR juga membantu membangun soft skill pada leader, termasuk empati dan mendengarkan secara aktif, melalui perencanaan dan program pembangunan leadership, training, mentorship, pengalaman imersif dengan terjun secara langsung, dan strategi rotasi talent untuk eksposur jalur cepat, pengalaman, dan membangun skill.

 

  1. Menambah Investasi pada Pekerja Deskless

Pekerja deskless atau disebut juga pekerja lini depan adalah orang-orang yang pekerjaannya bukan dilakukan di atas meja, seperti perawat, pelayan, dan sebagainya, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk bekerja dari rumah. Menurut forum Oliver Wyman, sebanyak 97% pekerja deskless mengatakan bahwa mereka akan bertahan pada pekerjaannya jika kondisi mereka meningkat. Untuk itu, HR dapat melakukan upaya-upaya berikut:

  • Menerapkan software mobile bisnis swalayan pertama
  • Kesempatan peningkatan karier dan promosi
  • Kompensasi yang lebih baik
  • Meningkatkan kondisi pekerjaan seperti fleksibilitas dan work-life balance.

 

  1. Kebangkitan HR Algoritmik

Menurut hasil survei IDC.com, pada tahun 2024 sebanyak 80?ri 2000 perusahaan global akan menggunakan manajer algoritma untuk merekrut, memecat, dan melatih karyawan. Selain itu, 40% fungsi HR di perusahaan internasional memiliki aplikasi AI terpadu, yang membantu membangun talent pool, mempercepat proses hiring, serta meningkatkan keterikatan dan retensi. Manager algoritma akan dapat memproses data dalam jumlah besar, berkomunikasi secara jelas, dan membantu HR maupun manager untuk membuat keputusan yang lebih informatif. Selain itu, mereka bisa menambah tingkat transparansi dan keadilan prosedural yang lebih susah untuk disediakan oleh manusia.

 

  1. Menyusun Ulang Pembelajaran Tempat Kerja

Perkembangan karier menjadi salah satu alasan terbesar bagi karyawan untuk bertahan di suatu perusahaan. Berdasarkan hasil laporan dari McKinsey, kurangnya perkembangan dan keberlanjutan karier merupakan alasan terbanyak untuk keluar dari pekerjaan. Pada tahun 2023, HR akan lebih berfokus pada pembelajaran strategis, yaitu melatih skill yang sejalan dengan kapabilitas kebutuhan perusahaan agar dapat bersaing. Hal ini termasuk hard skill yang lebih teknikal, dan soft skill, seperti komunikasi, manajemen waktu, serta kemampuan berpikir kritis dan analitis. Dengan demikian, HR harus mulai mengganti banyak kebiasaan belajar yang lama dan menggantinya dengan teknik yang lebih kontemporer untuk memastikan bahwa karyawan belajar hal yang relevan dengan mereka secara menarik.

 

Sumber: AIHR